Profil Retno
Marsudi, Menlu Wanita Pertama RI
Inilah
biografi dan profil lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi yang menjadi Menlu
(Menteri Luar Negeri) wanita pertama Indonesia setelah ditunjuk Jokowi dalam
Kabinet Kerja pada 26/10/2014. Ia dikenal sebagai negosiator handal, liat
(tough), detil dan forceful, tegas, disiplin tinggi, pantang menunda pekerjaan.
Wanita
yang lahir pada 27 November 1962 ini setia menapaki karirnya di dunia diplomasi
dan jabatan terakhir sebelumnya adalah Duta Besar Indonesia untuk Belanda.
Istri Agus Marsudi ini senantiasa memberikan usaha terbaiknya untuk profesi dan
juga untuk negaranya.
Sangat
wajar, wanita yang menempuh kuliah sarjana di jurusan Ilmu Hubungan
Internasional UGM angkatan 1981 ini diberikan nilai 9 dari skala 10 untuk
integritas dan kinerja oleh guru besar hukum internasional Universitas
Indonesia, Hikmahanto Juwana.
Awal Karir
Karir
diplomasi Retno berawal dari rekrutmen langsung yang dilakukan oleh Kementerian
Luar Negeri (Kemenlu) di penghujung masa kuliahnya. Begitu lolos seleksi, Retno
memperoleh beasiswa selama setahun hingga lulus dan langsung direkrut oleh
Kemenlu.
Bagi
Retno, dunia diplomasi sangatlah menarik dan dinamis. Seorang diplomat harus
menjalani mobilitas yang tinggi dan berinteraksi dengan berbagai golongan
masyarakat. Beruntung Retno mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.
Suaminya yang berprofesi sebagai arsitek telah memahami risiko pekerjaan Retno
dan terus setia mendampinginya. Retno pun mendidik anak-anaknya untuk mandiri
dalam lingkungan keluarga dengan mobilitas tinggi.
Retno
telah menjadi duta besar di beberapa negara, yakni Australia, Norwegia, dan
Belanda. Selama menjabat sebagai duta besar yang membawa nama bangsa, Retno
tentu menghadapi banyak tantangan. Ia sadar sepenuhnya bahwa diplomat adalah
garda depan negara. Karena itulah seorang diplomat mutlak harus memiliki rasa
cinta tanah air sehingga mampu membela negara.
Duta Besar Belanda
Saat
ditugaskan memimpin KBRI Den Haag sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh, hubungan RI-Belanda sedang pada posisi down menyusul rangkaian dinamika
yang menyertainya. Ibu dari Dyota Marsudi ini dalam waktu relatif singkat di
tahun pertama bertugas berhasil memulihkannya.
Salah
satu indikatornya, resepsi diplomatik HUT RI tahun 2013 dihadiri oleh PM
Belanda Mark Rutte, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan,
Ketua Parlemen, Ketua Senat, Ketua Mahkamah Agung, dan pejabat tinggi
pemerintah Belanda lainnya.
Retno
berhasil meyakinkan pemerintah Belanda bahwa hubungan baik kedua negara akan
lebih mendatangkan manfaat bagi rakyat daripada terlalu membiarkan diri
terjebak dalam spiral negatif. Garis diplomasi Retno sebagai Dubes RI di
Belanda juga jelas: setara sejajar, Belanda-Indonesia sama, satu sama lain
tidak lebih tinggi atau lebih rendah.
Ketika
debat di parlemen Belanda mengenai Indonesia tidak sesuai kenyataan, Retno
tidak segan mengeluarkan ultimatum bahwa debat seperti itu tidak mencerminkan
sebagai sahabat dan dapat merusak hubungan bilateral kedua negara.
Karena
sikap tegasnya dan susah dibelokkan atau ditekuk dalam hal-hal prinsip atau
menyangkut dignity nasional inilah Retno di kalangan diplomatik Belanda, bahkan
oleh koran bertiras terbesar De Telegraaf, dijuluki sebagai De Ijzeren Dame
atau The Iron Lady.
Ketegasan
dan keuletan Retno dalam diplomasi telah membuat Indonesia disegani di Belanda
dan menumbuhkan kepercayaan. Hal ini diperkuat dengan kesediaan PM Rutte dan
lebih dari 100 CEO perusahaan besar Belanda untuk melakukan kunjungan kerja ke
Indonesia pada November 2013 lalu. Kunjungan dengan skala ini merupakan yang
pertama dalam sejarah kedua negara.
Pada
kunjungan itu PM Rutte bersama Presiden Yudhoyono berhasil meluncurkan Joint
Declaration on Comprehensive Partnership (Deklarasi Bersama Kemitraan Komprehensif,
red) di mana kedua negara menyatakan keinginan untuk meningkatkan hubungan ke
tingkat kemitraan komprehensif yang setara.
Dengan
masyarakat, Retno juga luas dikenal sangat terbuka dan ramah. Di mana dia
ditempatkan untuk memimpin perwakilan RI, di situ peningkatan pelayanan
masyarakat selalu mendapat perhatian. KBRI Den Haag menjadi KBRI yang
pelayanannya ramah, cepat, tepat dan transparan.
Paling
mengesankan dicatat masyarakat adalah pelayanan Retno dan jajarannya saat
menangani WNI korban musibah pesawat MAS MH017 (17 Juli 2014), termasuk
perhatian kepada para keluarganya.
Retno
sebagai Duta Besar sejak detik pertama langsung meluncur ke Bandara Schiphol,
Amsterdam, bertahan di sana untuk koordinasi dengan otoritas setempat,
membentuk crisis center, dan baru pulang keesokan malamnya. Dengan kata lain,
Retno dan stafnya pada hari itu bekerja lebih dari 30 jam demi warganya, tanpa
mandi, tanpa ganti maju.
Satu
per satu keluarga korban juga ditemui untuk menyampaikan duka cita serta
menyampaikan kesiapan pemerintah untuk terus mendampingi korban. Retnolah yang
memimpin langsung negosiasi dengan otoritas Belanda yang menangani jenasah
korban dan sebagai Duta Besar juga hadir di acara doa, kremasi dan kegiatan
lain terkait jenasah warganegara Indonesia.
Masyarakat
juga mengapresiasi terobosan besar Retno demi sebagian masyarakat WNI, yang
selama ini mendambakan paspor, bukan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).
Setelah berdialog dengan masyarakat ini, yang diwakili IMWU, Retno akhirnya
dapat mewujudkan apa yang selama ini mereka impikan.
Dalam
kesehariannya, Retno juga hampir setiap hari ke kantor dengan mengendarai
sepeda menuju KBRI Den Haag. Diplomat karir Kemlu RI ini juga selalu
menyempatkan diri untuk berolahraga dan memasak. Duta Besar yang tegas,
bersahaja dan dekat dengan masyarakat itu sekarang telah diberi amanah baru
oleh pemerintah Indonesia menjadi seorang Menteri Luar Negeri Wanita Pertama
Indonesia.
Biodata Lengkap
Nama
Lengkap : Retno Lestari Priansari Marsudi
Tanggal Lahir : 27 November 1962
Nama Suami : Agus Marsudi
Riwayat Pendidikan:
S1, Universitas Gadjah Mada, , 1985
S2, Haagsche Hooge School, Hukum
Tanggal Lahir : 27 November 1962
Nama Suami : Agus Marsudi
Riwayat Pendidikan:
S1, Universitas Gadjah Mada, , 1985
S2, Haagsche Hooge School, Hukum
Riwayat Pekerjaan:
Pejabat Counselor Ekonomi KBRI Den Haaq, 1997 – 2001
Direktur Kerjasama Intra Kawasan Amerika-Eropa Kementerian Luar Negeri, 2001 – 2003
Direktur Eropa Barat Kementerian Luar Negeri, 2003 – 2005
Duta Besar LBBP untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia, 2005 – 2008
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, 2008 – 2012
Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, 2012
Pejabat Counselor Ekonomi KBRI Den Haaq, 1997 – 2001
Direktur Kerjasama Intra Kawasan Amerika-Eropa Kementerian Luar Negeri, 2001 – 2003
Direktur Eropa Barat Kementerian Luar Negeri, 2003 – 2005
Duta Besar LBBP untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia, 2005 – 2008
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, 2008 – 2012
Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, 2012
Prestasi :
warga negara Indonesia yang pertama kali menerima penghargaan Order of Merit dari Kerajaan Norwegia
warga negara Indonesia yang pertama kali menerima penghargaan Order of Merit dari Kerajaan Norwegia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar